Sedih
juga aku waktu pertama kali masuk di Fakultas Peternakan dan Pertanian jurusan
peternakan Universitas Diponegoro. Bukan karena aku terpaksa masuk ke sana lho.
Dan juga bukan karena fasilitasnya (gedungnya, kamar mandinya, lab,
perpustakaan, dll) yang bisa dikatakan kurang layak daripada fakultas lainnya
(meski ini juga menjadi salah satu alasan namun bukan yang utama). Tapi karena
beberapa pendapat orang mengenai mahasiswa peternakan.
“Ngapain
sih masuk ke peternakan? Toh nantinya juga jadi peternak. Orang-orang didesa
aja bisa. Itu nyatanya mereka bisa punya ternak sapi dua atau tiga ekor.”
“Nggak
keren lah jadi mahasiswa peternakan itu, ntar kalau lulus bakalan “angon sapi” (pelihara
sapi) hahaha”
Atau....
“Intinya
anak-anak mahasiswa peternakan itu kan penelitiannya seputar sapi, ayam,
kambing,domba dan paling kalau lulus juga kerjanya di tempat-tempat yang kotor
gitu. Masuk keluar kandang, kena kotoran sapi lah, bau lagi.”
Dan
lain-lain....sedih memang. Tapi setelah masuk ke sana dan kuliah selama satu
tahun barulah tahu, kalau apa yang mereka katakan itu nggak bener. Disini kita
nggak hanya diajarkan cara beternak. Tapi juga bagaimana caranya agar ternak
tersebut berkualitas sehingga hasilnya pun kalau bisa terus meningkat dan mendapatkan
untung yang lebih. Tentu saja hal ini berbeda dengan orang yang hanya
memelihara dua atau tiga ekor sapi saja (kalau beternak jumlahnya lebih dari 30
ekor sapi lho).
Nah,
semakin terbukalah pemikiranku mengenai apa itu ilmu ternak. Beternak pun juga
tak segampang kerja di kantoran. Tenaga terkuras banyak itu sudah biasa, tapi
hasil yang didapatkan lebih banyak maka setidaknya impas dengan tenaga yang
sudah dikeluarkan. Sayangnya semakin aku tahu mengenai seluk beluk ilmu ternak selama kuliah ini, justru semakin tahu pula seperti apa mahasiswanya. Bukan berarti mahasiwa disana akademiknya buruk, bukaaan....! Karena kenyataannya hampir tiap kali ada wisuda selalu jumlah yang cumlaude lebih banyak dibanding fakultas lain. Bukan pula karena mahasiswa disana tidak kreatif...karena kenyataannya banyak proposal PKM (Program Kreatifitas Mahasiswa) yang lolos terutama dari anak peternakan. Lalu apa yang salah?
Pandangan para mahasiswa fakultas peternakan itulah yang terkadang selama ini mengganjalku, meski aku juga termasuk diantara mereka. Mengapa? Karena selama ini mereka pun hanya berpikir pengembangan peternakan itu untuk komoditas ternaknya hanya sapi,domba, kambing, dan berbagai unggas lainnya. Maaf bukan bermaksud melecehkan, tetapi memang sebagian besar pemikiran mereka adalah seperti itu. Itu semacam zona nyaman bagi mereka dan hanya sedikit saja yang berani keluar dari pemikiran itu.
Ketika aku ingin mengikuti aliran orang-orang yang keluar dari pemikiran itu, malah ditertawakan. Aku dianggap aneh dengan pemikiranku. Karena aku lebih mengarahkan pemikiranku menuju ke satwa harapan seperti rusa. Ya, bahkan sejak PKL (Praktek Kerja Lapangan) aku memang sudah mengarah ke sana. Banyak teman satu angkatan atau kakak angkatanku yang ketika bertanya kepadaku kemana selanjutnya aku akan PKL dan aku menjawab “ Mau PKL di Kebun Binatang, tentang Rusa” mereka hanya tertawa karena menganggap aku mengada-ada. Hey...I’m Serious!!
Rasanya
hatiku mak jleb jleb ketika mereka tertawa. Seolah terkesan mengejekku. Itulah
yang hingga saat ini masih membuatku terasa enggan menjawab ketika di tanya
kemana aku akan PKL dan penelitian nantinya. Meski ada beberapa yang
biasa-biasa saja ketika aku menjawab seperti itu. Ada pula yang menanggapi hal
itu seperti ini “Wah, hebat kamu dek. Berani Out of The Box”. Aku pun
bertanya...Out of The Box? Apakah selama ini mereka tertawa karena aku sudah
Out of The Box dari ilmu ternak? Kalau aku bilang itu bukan Out of The Box,
tapi itu adalah sebuah ruangan didalam salah satu bangunan yang jarang dimasuki
oleh siapapun.
Tapi
meski begitu, aku akan tetap semangat. Karena apa yang menjadi pemikiranku itu
tidak salah. Hanya memang jarang mahasiswa fakultas peternakan menyentuh hal
ini. Memang benar kata seorang ilmuwan yang pada akhirnya menjadi pioner dalam
peternakan sapi di Amerika yang berkata didalam bukunya bahwa “Untuk menjadi seorang
pioner memang butuh rasa yang tak kenal lelah meski orang-orang sering mengejek
anda”.
Keep Move On...meski disana sini orang hanya bisa menertawakanku. Alhamdulillah....bantuan dari Allah terus mengalir dan terkadang tak terduga. Bisa ketemu sama dosen yang ternyata dulu juga pernah penelitian tentang rusa. Dengan ini menjadi semakin mantap dan yakin untuk melanjutkan proposalku mengenai penelitian tentang Rusa. Semoga ketika lulus nanti bisa menjadi sarjana yang lain daripada yang lain. Amiin......
Keep Move On...meski disana sini orang hanya bisa menertawakanku. Alhamdulillah....bantuan dari Allah terus mengalir dan terkadang tak terduga. Bisa ketemu sama dosen yang ternyata dulu juga pernah penelitian tentang rusa. Dengan ini menjadi semakin mantap dan yakin untuk melanjutkan proposalku mengenai penelitian tentang Rusa. Semoga ketika lulus nanti bisa menjadi sarjana yang lain daripada yang lain. Amiin......
tetap semangat dong ..hahahaha
ReplyDeletemaju teru patang mundur
Siap Pak Komandan...!!Hehe...
ReplyDeletewaktu saja berjalan maju, kenapa kita harus berjalan mundur.. :D
ReplyDeleteOrang-orang bukan berjalan mundur sebenarnya, tapi berjalan ditempat meski didepannya terbentang luas jalanan bahkan ada yang jalan tersebut menuju ke kanan atau ke kiri
ReplyDelete