Sebuah bangunan tua di
Kaliurang, Yogyakarta
Tiga orang masuk ke dalam, sementara yang lain
berjaga-jaga diluar. Ketiga orang itu adalah Aku yang memiliki julukan Naga
Biru, Anto alias Harimau Putih dan Kucing Hitam alias Roy. Kami bertiga
mengintip dari balik tembok. Rupanya ada banyak penjaga bertopeng hitam dan
bersenjata yang sedang menjaga sebuah ruangan. Ku keluarkan walkie-talkie dari
saku celanaku.
“Bzz...t”
Lewat
walkie-talkie.
“Baik, Naga Biru. Kami akan membuat ledakan kecil untuk
memancing mereka
keluar.”Balas
seseorang yang ada diluar sana.
“Bzz...t”
Segera kumatikan walkie-talkienya. Tiba-tiba aku
mendengar suara ledakan yang berasal dari luar bangunan. Kulihat para penjaga
itu kaget dan segera keluar untuk melihat apa yang sebenarnya meledak itu. Ini
kesempaan bagus! Aku mengajak Harimau Putih dan Kuicng Hitam untuk segera masuk
untuk mencari Yogi, teroris yang selama ini dicari oleh kepolisian.
“Tunggu dulu! Aku disini dulu, tapi nanti aku akan
mengikuti kalian.”Kata Kucing
Hitam.
“Baiklah...”Kata Harimau Putih.
Aku dan Harimau Putih maju duluan sambil menyiapkan
senapan khusus kami G-101.Harimau Putih berkata padaku kalau Yogi pasti ada
didalam ruangan yang ada di depan kami. Ternyata benar apa kata Harimau Putih,
teroris itu sedang duduk santai sambil tertawa kecil.
“Hehehe...kalian datang juga.”Kata Yogi.
“Tentu saja. Kami
juga akan senang kalau kau mau menyerahkan diri.”Kataku.
“Ahahaha....aku lebih baik mati disini daripada
menyerahkan diri pada kalian.
Disekeliling
bangunan ini sudah kupasang bom yang siap meledak kapan pun.”Kata
Yogi.
“Kurasa bom itu tidak akan pernah meledak.”Kata seseorang
sambil membawa seutas
Kabel berwarna
biru.
“Apa?! Kau menonatifkan bom itu!”Kata Yogi.
“Kucing Hitam?!”Kataku dan Harimau Putih.
“Cih, sialan!”BentakYogi sambil menembaki kami.
Kami bertiga berhasil menghindar, Kucing Hitam dengan
sigap menembaki Yogi. Peluru yang keluar dari senapannya menembus kepala sang
teroris dan terjatuh. Hm...aneh! Dia tidak menghindar ketika Kucing Hitam
menembakinya. Kami bertiga pun curiga, aku memeriksa mayatnya.Ternyata di
bagian perutnya dipasang bom yang siap meledak. Sial! Ini jebakan! Aku dan
kedua temanku bergeas lari keluar dari bangunan ini. Sampai diluar, seluruh
teman-temanku kusuruh berlari mengikuti kami. Tiba-tiba bangunan tua itu
meledak hingga rasanya membuat gendang telingaku pecah.
“Hah...hah...nyaris saja.”Kata Kucing Hitam.
“Ya....”Kataku.
Fuh, untunglah tidak ada korban jiwa akibat ledakan itu.
Hanya ada beberapa temanku yang terluka akibat terlambat melarikan diri.
Ha...misi ini akhirnya selesai juga. Sekarang aku bisa pulang dan tidur. Besok
pagi aku kembali lagi menjalani hari-hariku sebagai Mahasiswa bernama Biyan.
+
+
+
“Biyan...! Bangun...!”
“Byuur...!”
“Aaaa....!”Teriakku.
Badanku jadi basah semua begitupula dengan kasurku, tapi
aku tidak tahu siapa yang menyiramku. Aku mengucek mataku sambil melihat siapa
yang ada disampingku. Hu-uh! Ternyata Ibuku. Beliau berdiri disampingku sambil
berkacak pinggang.
“Ah, Ibu. Ini masih jam 9. Aku kan kuliahnya jam
11”Kataku sambil tetap meringsek
ditempat tidur.
“Tapi kamu tetap harus bangun, Biyan. Apa kamu ke kampus
nggak mandi? Nggak
Perlu makan
dulu? Terus kapan nyiapin bajunya?”Tanya Ibuku.
“Iya-iya-iya...Aku bangun.”Kataku sambil mengangkat kasur
untuk kujemur.
Ah...males banget! Kalau sudah begini aku harus segera
keluar dari rumah sebelum Ibu ceramah panjang lebar lagi. Huh! Padahal masih
ngantuk gara-gara semalam habis mengepung kawanan teroris dan baru pulang ke
rumah jam 12 malam.
+
+
+
Kuparkir motor Kawazaki Ninjaku tepat didepan warung biru
yang ada didepan kampus. Kemudian aku membeli sebungkus rokok Djarum pada Mami,
pemilik warung itu. Kukeluarkan sebatang rokok dari tempatnya dan kunyalakan
menggunakan korek api milik Mami. Hm...jam di HP ku masih menunjukkan pukul
10.05. Kunikmati rokok ini sambil melihat orang-orang yang berjalan masuk ke
dalam kampus. Diantara orang-orang yang lewat ternyata ada Fajar dan Rizal. Mereka
sepertinya juga mau masuk ke dalam tapi tidak jadi ketika melihatku sedang
merokok di depan warung milik Mami. Mereka berdua pun langsung menghampiriku.
“Hei Biyan tumben kamu berangkat duluan.”Kata Rizal.
“Iya nih gara-gara Ibuku. Orang lagi asik tidur malah
diganggu,disiram pakai air
Lagi.”Kataku.
“Hahaha...kasihan banget sahabatku yang satu ini.”Kata
Fajar.
“Sst...!Ketawa keras banget,nggak sopan tahu.”Kata Rizal.
“Udah deh nggak usah dibahas lagi.”Kataku.
Rizal memesan es teh pada Mami, kemudian dia kembali
duduk bersamaku dan Rizal. Tiba-tiba matanya tertuju pada koran yang dijual di
warungnya Mami.
“Wah, sudah ketangkap lagi nih terorisnya.”Kata Rizal.
“Mana?”Tanya Fajar.
Rizal hanya menunjukkan jarinya ke arah koran yang
dilihatnya tadi. Aku dan Fajar juga ikut membaca berita yang dijadikan headline
di koran itu. Lho? Tunggu dulu! Bukannya berita ini kan tentang penangkapan
teroris yang kulakukan bersama teman-temanku tadi malam. Kok pagi ini sudah
keluar beritanya? Cepet banget! Rizal dan Fajar tiba-tiba membahas tentang
berita itu. Aku tidak begitu tertarik untuk membahasnya, karena itu sudah biasa
bagiku. Kulihat jam di HP ku sudah menunjukkan pukul 11.00. Aku beranjak dari
tempat dudukku sambil membuang rokokku tadi.
“Eh,Biyan mau kemana?”Tanya Rizal.
“Aku mau masuk dulu. Udah jam 11 nih, apalagi ini
jadwalnya si dosen sejarah yang
Kiler. Kalau
telat lagi bisa-bisa aku dihukum pancung.”Candaku pada Rizal.
“Oh maksudmu Pak Hernowo. Hah! Dia emang selalu bikin
mahasiswa mati berdiri.
Ya sudah masuk
aja. Aku dan Fajar masih mau disini kok.”:Kata Rizal.
Aku menaiki motor Kawasaki Ninjaku,kemudian bergegas
menuju ke parkiran motor. Baru saja memarkirkan motorku tiba-tiba ada SMS
masuk. Hah? Ternyata ada SMS dari Anto.
Biyan, besok Malam Kamis kita ditugaskan untuk menangkap
teroris lagi
di daerah Kotagede. Jangan datang terlambat,Oke.
di daerah Kotagede. Jangan datang terlambat,Oke.
Duh, Malam Kamis? Semoga aku nggak ada ujian untuk
besoknya. Kulihat catatan kuliahku dan ternyata tidak ada jadwal ujian untuk
besok. Fuh, ternyata tidak ada ujian. Oke dah aku bisa melaksanakan misi ini
dengan tenang.
+
+
+
Di daerah Kotagede
Entah kenapa hari ini perasaanku tidak enak. Padahal
besok tidak ada ujian apapun. Aku juga selalu merasa ragu-ragu ketika
melangkah, hingga dua kali aku hampir terjatuh. Harimau Putih dan Kucing Hitam
terus menerus melihat kearahku. Mereka mengira aku mungkin lagi nggak enak
badan dan menyuruhku untuk pulang. Tapi bukannya lagi nggak enak badan,aku
hanya merasa perasaanku hari ini tidak enak. Sepertinya hari ini akan ada
kejadian buruk.
“Kamu yakin baik-baik saja?”Tanya Harimau Putih.
“Ya, aku baik-baik saja.”Jawabku.
“Tapi...kamu tidak seperti biasanya Naga Biru. Mungkin
lebih baik kamu pulang
Dan....”Kata
Kucing Hitam.
“Tidak! Apapun yang akan terjadi aku akan tetap disini.
Karena ini sudah tugasku,
memburu para teroris
agar negara ini aman dari ancaman mereka.”Potongku.
“Hah...baiklah....”Kata Kucing Hitam.
Salah satu anggota tim kami melapor lewat walkie talkie.
Dia berkata kalau ada sesuatu yang mencurigakan dari rumah kosong bercat
kuning. Mendengar laporan itu, Kucing Hitam langsung mengajak kami untuk masuk
ke rumah itu. Kami berjalan mengendap-endap agar tidak ada satupun warga yang
tahu. Kalau ada salah satu warga yang tahu,bisa membahayakan nyawa mereka.
Sebab saat ini para teroris tidak akan peduli siapa yang mereka bunuh apakah
warga biasa atau tim khusus pemburu teroris seperti kami.
Tanpa basa-basi Harimau Putih langsung mendobrak pintu
rumah itu. Ternyata kami sudah disambut oleh sepuluh orang bertopeng hitam.
Tiga diantara mereka memakai senjata api. Mereka langsung mengeroyok dan kami
berusaha untuk melawan mereka. Satu persatu dari mereka mulai terjatuh tak
berdaya akibat serangan kami. Namun, ada satu orang yang berhasil melarikan
diri. Sial! Dia pasti akan melaporkan ini pada bosnya.
“Sial! Satu orang melarikan diri.”Kata Harimau Putih.
“Kita butuh bantuan, Naga Biru panggil Ular Hijau dan
lainnya.”Kata Kucing Hitam.
“Baik!”Kataku.
“Kalian tidak perlu memanggil bantuan....”
“Apa?!”Kataku, Harimau Putih dan Kucing Hitam.
Seseorang yang memakai jaket hitam didampingi oleh orang
yang tadi berhasil kabur dari kami berjalan ke arah Ku, Harimau Putih dan
Kucing Hitam. Dia hanya tersenyum sinis pada kami. Perasaanku jadi semakin
tidak enak, aku merasa kenal dengan suara ini. Tapi aku tidak tahu siapa dia,
sebab disini gelap dan hanya cahaya bulan lah satu-satunya penerangan disini.
Perlahan-lahan orang itu mendekat kearah kami, cahaya bulan menyoroti wajahnya.
Aku pun terkejut ketika mengetahui siapa orang itu, begitupula dengannya.
“Ini tidak mungkin...kamu pasti bukan Rizal.”Kataku.
“Apa-apaan ini?! Apa ini lelucon...Biyan?”Tanya orang
yang kupanggil Rizal itu.
“Kamu mengenalnya...?”Bisik Kucing Hitam.
“Ya, dia teman kuliah ku. Aku benar-benar tidak
percaya...”Kataku.
“Kurasa sudah cukup
perkenalannya.”Kata Rizal.
Aku masih terdiam, tidak percaya kalau ternyata Rizal
adalah seorang teroris. Tiba-tiba Rizal mengeluarkan pisau lipat dari saku
celananya dan menyerangku. Kucing Hitam mendorongku dan dia terkena serangan
Rizal. Aku hanya melihatnya dan masih tidak percaya dengan semua ini. Tidak
Biyan...Kamu harus percaya dengan semua ini...Ingat! Kamu sedang
bertugas...siapapun yang ada di depanmu itulah lawanmu...meskipun dulu dia
adalah temanmu.
Aku segera bangkit dan sadar akan hal ini. Rizal sekarang
bukan temanku, dia adalah lawanku. Aku berteriak sambil maju untuk menyerang
Rizal. Berkali-kali dia berhasil menghindari seranganku. Tiba-tiba salah satu
anak buahnya tadi menembaki aku, namun Harimau Putih membalasnya dan dia
berhasil menembaknya hingga mati. Sementara aku terus berjuang untuk melawan
Rizal.
“Hah! Ternyata cuma segini kemampuanmu? Huh!Selama ini
aku salah menilai
Tim pemburu
teroris yang katanya hebat. Padahal kenyataannya tidak lebih
dari seorang
anak kecil yang sedang berkelahi.”Kata Rizal.
“Kamu
meremehkanku, Zal!”Bentakku.
Tiba-tiba ada seseorang yang menendang Rizal dari
belakang hingga membuat dia ambruk. Rupanya dia adalah Harimau Putih. Rizal
mencoba bangkit kembali, tapi dari arah kanan Kucing Hitam memukulnya. Darah
mengalir dari mulut Rizal, tangannya gemetar ketika mencoba untuk mengambil
senjata api di balik jaketnya. Tapi sebelum dia sempat mengeluarkannya, aku
sudah mendekatkan mulut senapanku di dadanya.
“Coba saja kalau
kamu bisa membunuhku.Hahaha....”Tawa Rizal.
Aku sudah seperti kesurupan setan. Aku langsung
menembaknya tanpa berkata apapun. Rizal tidak mengira akan hal itu, begitu juga
dengan kedua temanku. Peluru yang menembus dadanya langsung membuatnya ambruk.
Dia sekarat dan hanya butuh waktu beberapa detik lagi malaikat maut mengangkat
nyawanya. Setan yang ada dalam tubuhku kini keluar dan aku baru sadar kalau aku
telah membunuh temanku sendiri.
“Biyan...larilah....Seluruh sudut rumah ini sudah
kupasangi bom dan sebentar lagi
akan meledak.”Kata
Rizal.
“Tapi...”Kataku.
“Aku bukan temanmu lagi. Seperti yang kamu lihat, aku
teroris. Tugasku adalah
Mati. Aku tidak
mau kamu mati disini bersamaku. Sekarang pergilah....”Kata Rizal.
Dengan berat hati aku meninggalkannya sendirian. Aku dan
Harimau Putih membantu Kucing Hitam untuk berlari meninggalkan tempat ini
segera. Kami akhirnya berhasil lari hingga jarak 20 meter dari tempat itu.
Tiba-tiba terdengar suara ledakan yang sama seperti sebelumnya. Rumah itu kini
hancur bersama dengan jasad para teroris yang ada di dalamnya. Dari kejauhan
muncul tim medis, mereka langsung segera menangani Kucing Hitam yang terluka
akibat serangan Rizal. Sepertinya lukanya sangat parah dan harus dijahit.
Aku terus menerus melihat rumah yang baru saja meledak
tadi. Tiba-tiba di kepalaku muncul bayangan wajah Rizal yang sedang tersenyum.
Seseorang mendekatiku sambil menepuk pundakku. Aku menoleh kebelakang dan
rupanya dia adalah Harimau Putih.
“Sekarang sulit rasanya untuk percaya kepada seseorang
yang kusebut ‘teman’.”
Kataku.
“Memang begitulah,Biyan. Setiap manusia memiliki jalannya
masing-masing.
Jadi teringat
saat masih kecil dulu, waktu bermain polisi-polisian. Ada yang memilih
menjadi polisi,
tapi ada juga yang memilih menjadi penjahat. Begitupula dengan
sekarang. Kamu memilih
menjadi tim khusus penangkap teroris tapi temanmu
justru malah
memilih jalan sebagai teroris.”Kata Harimau Putih.
“Hah...tapi yang masih menjadi pertanyaan dalam benakku
adalah kenapa harus
Seperti
itu?”Tanyaku
“Aku sendiri pun juga tidak tahu. Hanya Tuhan yang tahu
akan hal ini,Biyan.”
Kata Harimau Putih.
Anto alias Harimau
Putih mengajakku untuk pulang. Ketika perjalanan pulang, aku membayangkan
diriku, Rizal dan Fajar sedang duduk didepan warungnya Mami. Dalam bayanganku
itu pula tiba-tiba Rizal tidak ada, hanya aku dan Fajar yang ada disana. Aku
tidak tahu apa yang harus kukatakan pada Fajar. Kalau aku sudah membunuh
temanku sendiri, Rizal.
+
+ +
The End
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar yang baik ya bahasa gaul boleh bahasa santai utamakan sopan. Komentar yang tidak diperbolehkan :
1. Berbau penghinaan SARA
2. Menghina komentar dari orang lain
3. BOT apalagi yang cuma kasih Link hidup
4. Menghina admin blog ini
5. Komentar tidak nyambung dengan isi postingan
6. Komentar yang mengundang orang lain menjadi emosi
Mari kita berkomentar dengan baik, isilah komentar dengan bahasa baik yang akan membawa energi positif sehingga orang datang kemari bisa lebih segar dan merefreshkan pikiran :)