Ah...akhirnya setelah sekian lama menghilang
(hehehe...), bisa muncul lagi di blog ini. Oh ya, sebelumnya aku mau cerita
dulu sama kalian.
Waktu
itu, di rumah nenekku ada acara pengajian. Aku dan saudara-saudaraku yang sudah
lama nggak bisa kumpul karena sibuk kuliah en sekolah, sekarang bisa kumpul.
Canda tawa diantara kami pun sangat lepas, seolah sudah tak ada beban lagi.
Hingga diantara candaan itu ada beberapa kata yang sempat bikin aku mikir. Ini
candaan antar adik sepupuku yang masih SMA (nama disamarkan yah...).
R : Dek, kamu masuk IPS kan?
T : Eh, enak aja. Aku masuk IPA.
R : Huu...bo’ong. Aku tahu dari temenmu.
T :Ih sori ya! Emang kamu kenal sama temanku
yang mana?
R : Ada deh...aku kan punya banyak kenalan adik
kelas.
(ceritanya nih si R adalah kakak kelasnya T
dengan sekolah yang sama).
Lantas
kedua orang itu pun tertawa dengan lantang. Tapi yang jelas aku benar-benar gak
bisa ketawa. Sungguh! Buat mereka itu sebuah candaan, tapi tidak buat Dita? Itu
sebuah ejekan yang luar biasa menyakitkan hati. Aku sendiri sih waktu SMA masuk
IPA, tapi ketika mendengar hal-hal seperti itu rasanya tetap saja sakit di
hati. Karena aku mikir seandainya itu anak-anak IPS yang dengar jelas mereka
tersinggung banget.
Kenapa
sih orang-orang kita masih saja berpikiran jurusan IPA itu lebih baik daripada
IPS atau mungkin BAHASA. Kaya’ dulu waktu mamaku datang ke sekolah buat
menghadiri rapat wali murid ada ibu-ibu yang mengira kalau aku masuk IPS
(bilangnya dengan wajah yang rada’ merendahkan aku gitu). Trus mamaku bilang
kalau aku ini anak IPA. Abis itu ada lagi ibu-ibu yang mengira aku masuk BAHASA
dan sekali lagi mamaku bilang kalau aku anak IPA.Nah...lho? apa yang salah sih
dengan anak IPS dan BAHASA.
Kebanyakan
orang-orang sekarang kelihatannya aja modern. Tapi pemikiran mereka masih jadul
beuth. Kenapa sih? Bisa nggak berpikiran ke depan, dimana jurusan itu tidak
mementingkan kualitas dari masing-masing individu. Tapi individu itu lah yang
menentukan kualitasnya sendiri. Kenyataannya, di negara-negara maju tidak ada
orang yang mementingkan apakah dia waktu sekolah atau kuliah dari jurusan
eksak, sosial atau bahasa dan...mereka hampir 80% nya jadi orang yang sukses
semua dengan rata-rata pendapatan yang bisa dikatakan lebih tinggi dari orang Indonesia (maaf ya
bukannya mau mengejek, memang itu kenyataan yang ada) Orang-orang sana melihat
kualitas dari tiap individu. Percuma dia dulu waktu sekolah atau kuliah dari
jurusan eksak tapi begitu disuruh berhadapan dengan eksak yang sebenarnya dia
malah kabur.
Kalau
yang aku tanya dari mereka (orang-orang yang mementingkan jurusan eksak, sosial
atau bahasa) katanya orang-orang eksak itu lebih baik sifatnya, lebih alim,
lebih sopan lah, de el el. Kenyataannya? Mau tahu? setelah aku masuk IPA juga
bisa dibilang anaknya sama aja tuh kaya’ anak IPS atau anak BAHASA. Nggak ada
bedanya juga, kalo pas guru ngajar juga pada rame. Nggak jarang juga guru-guru
itu kesal dengan kelasku yang emang anak-anaknya pada cerewet dan nggak pernah
bisa diam. Lebih alim? Kata siapa juga...salah satu temenku ada juga lho kalau
dia lagi stress pelariannya adalah tempat-tempat diskotik. Dia bilang di tempat
itu asik bisa joget sampe pagi (gue juga bisa tuh. Tinggal matiin lampu di
rumah, nyalain tape trus nyalain lampu senter sambil digoyang-goyang udah jadi
kaya’ tempat diskotik). Bahkan dia juga sering ngajak aku ke tempat itu.
Katanya biar Dita nggak kuper sama kaya’ begituan. Tetep aja aku nggak mau (aku
bukan tipe orang yang suka joget malem-malem. Malem tuh kan enaknya buat
bobok).
Masih
mau bilang apa lagi? Semua yang dikatakan orang-orang seperti itu sudah
terbukti SALAH. Masalahnya sekarang adalah jangan melihat seseorang apakah dulu
dia sekolah atau kuliah di jurusan eksak atau sosial atau mungkin bahasa.
Karena bila tak ada salah satu diantara mereka jelas kita akan bingung. Coba aja
kalau semua orang orientasinya lebih ke eksak. Trus siapa yang mau ngurusin
soal politik di negeri ini? Semuanya pasti pada ngurusin penelitiaaaaaaaan
melulu. Kalau nggak ada orang yang suka bahasa? Jelas nggak bakalan deh ada
novel-novel bagus di toko buku. Yang ada hanya novel kelas kacangan yang nggak
jelas mutunya.
Ayolah....
Kita adalah manusia
dan manusia adalah makhluk sosial...
Kita saling terhubung
dan nggak mungkin hanya mengandalkan satu sisi
Karena kehidupan di
dunia ini ada berbagai macam sisi
Bukan kepada jurusan yang hendak diambil..
ReplyDeleteBukan kepada mana yang lebih baik..
Namun,lebih kepada pribadi yang menjalaninya.
IPA atau IPS, sama saja. Yang penting prestasinya! Hayo, rubah mindset! :)
cara pandang sempit itu mempersempit jalan kita juga ,,
ReplyDeleteinpsiratif..
Blogwalking sambil mengundang rekan blogger sekalian
Kumpul di Lounge Event Tempat Makan Favorit
sukses selalu
Salam Bahagia
trims mas Adang udah meluangkan waktunya untuk berkunjung ke sini...
ReplyDeletemaaf tulisannya masih morat maret niih.....
hai yuki ... maaf baru menjawab pertanyaan semalam. untuk event blogger, yang kamyu tanyakan soal link ya,,
ReplyDeleteJadi untuk link,mudahnya kamu tambahkan di postingan kamu kata streetdirecotory yang di link ke streetdirectory.co.id
jangan lupa pasang widgetnya.. nanti kalau udah di daftarin konfiramsi Ke Lounge BPI untuk saya publish postingannya..
semangat berkarya.
oke dah mas Adang
ReplyDeletemakasih atas jawabannya ya
Apapun jurusannya minumnya teh botol sosro #eh? becanda kok, haha XD
ReplyDeleteyah, itukan pikiran jadul, sekarang apapun jurusannya kan tergantung sama orang bersangkutan yang menjalaninya :)
Hehehe... untungnya ibuku sih mikirnya semua jurusan sama.
ReplyDeleteTapi aku dulu milih IPA bukan karena IPA lebih bagus atau gimana,
kenyataannya lulusan IPA jadi lebih gampang masuk jurusan universitas.
Kalau misal sewaktu2 aku pengen ambil kedokteran kan bisa... mau masuk ekonomi bisa...
Kalau masuk IPS, susah mau belajar IPAnya (seandainya mau alih jurusan gituuu) buat ujian masuk universitas :(
Ngomong apa sih gue hahahaha
aduuuh sapa ini yang beranggapan gini? salah ituloo.
ReplyDeletepercaya ngga kalo anak ips itu ga selamanya seburuk ituu?
aku anak ips agak kesentil aja pas ada yang bilang gini "kenapa mesti ips?" aih -___- uda deh. curcol pulak.
salam kenal mbak :)
emang kok Husna Barasa Fauziah...itu komentar juga nggak hanya meluncur dari mulut saudaraku yang sama-sama anak SMA. tapi juga hampir orang se-Kota Semarang pada kaya' begitu. AKu juga nggak tau kenapa mereka bisa begitu tapi yang jelas itu sangat menyakitkan untuk yang mengalaminya
ReplyDelete-Semangat-
Teringet waktu aku sekolah, kelasku juga suka di banding bandingkan sama kelas akuntansi. Haduh itu sempat membuat kelasku tidak merasa enak hati dan sampai sampai tidak akur =D
ReplyDelete