KKN Series : Kopi, Kopi dan Kopi

Ini adalah cerbung dalam rangka Birthday Challange Yuki jadi silahkan dinikmati cerbungnya. Oh ya ada hadiah 2 buah buku karya Yuki buat komen terbaik ya. Pengumuman pemenang diposting setelah cerbung ini tamat.

KKN Series
(Another Story From Village)

Kopi, Kopi dan Kopi

Kordes membagi kami menjadi dua tim. Tim pertama bertugas mendatangi rumah warga entah kelompok tani, pemilik kebun kopi, hingga ibu-ibu yang biasa bikin kopi secara tradisional. Tim kedua bertugas melihat dan belajar langsung jenis kopi, tanamannya seperti apa, kebunnya, pemeliharaannya.

Ilustrasi tanaman kopi. Sumber : detiktani.com

Huft...untunglah aku masuk ke tim pertama. Nggak perlu ke kebun kopi takut ada nyamuk kebun yang bakalan menggigit dan melengkapi penderitaanku karena kulitku semakin persis dengan macan tutul (terlalu banyak bekas gigitan nyamuk). Jadi tugasku berkunjung ke beberapa rumah warga, menanyakan tentang kopi, sejarahnya, penjualan mereka selama ini, sampai akhirnya...disuguhi kopi hitam khas desa ini.

Aku suka kopi,meski untuk kopi hitam agak aku hindari karena takut maag ku kambuh lagi. Hm...tapi bau kopinya terlalu menggoda. Ah sudahlah diminum saja kan nggak enak juga sudah disuguhi sama tuan rumah. Beberapa temenku yang cowok langsung menyambarnya. Nggak peduli kalau itu kopi masih mengepulkan uap uap panasnya. Aku menyeruput sedikit demi sedikit kopinya dan...hm...rasanya manis ya. Tapi manisnya mantap. Padahal selama ini dikasih gula juga masih terasa pahitnya. Ini nggak sama sekali.

Ada teman cowok yang udah biasa banget dengan kopi hitam sampai dia sempet nyeletuk “kok kopinya beda ya.” Sang tuan rumah menjelaskan bahwa kopi itu saat digiling sudah dicampur dengan biji jagung sehingga rasanya manis. Selain itu praktis karena nggak perlu lagi tambahan gula sudah langsung seduh dan sajikan.

Malam harinya kita mulai rapat lagi membahas apa yang sudah kami dapatkan. Tim dua mereka sudah dapat data mengenai jenis kopinya, kopi mana yang siap panen, serta ditunjukkan tanaman lainnya yang juga menjadi penghasilan warga. Permasalahan utama sebetulnya karena warga belum tahu bagaimana menjual kopi yang langsung kemas siap dipasarkan. 

Belum lagi harus menghadapi bahwa kopi mereka sudah diincar sebelum panen dan mau gak mau mereka harus jual ke salah satu orang yang khusus menampung kopi mereka.

Ini bukan masalah mereka berpendidikan atau tidak. Tapi masalah keadaan. Warga yang terdesak masalah keuangan dan mau gak mau lebih memilih menjual kopi mentah daripada mengolah, mengemas, lalu menjualnya.

“Saran deh sebaiknya kita buat kemasan dulu untuk kopi ini. Biar masyarakat tertarik. Apalagi kita ada acara lho di akhir KKN di pendopo kabupaten.”Kata Bowo.

“Iya juga. Kita bisa promosikan kopi desa ini disana.”Kata Rifky.

“Aku bantu nanti promosikan lewat blog khusus desa ini dan Facebook. Buat akun khusus untuk promosinya. Biar orang luar daerah juga tahu tentang kopi ini.”Kata Reza.

“Oke setuju semuanya?” Tanya Rifky

“Setuju...!!”Seru semuanya.

“Baik, nanti kita coba buat kemasan lebih menarik dan besok agenda kita ke rumah warga untuk cari tahu cara memasak kopinya.”Kata Rifky.

“Ibu kos kita bisa lho. Kenapa gak besok ke kos cewek.”Kata Intan.

“hm...bisa ya. Oke sip. Agenda besok kita ke kos cewek kita lihat sekaligus belajar sendiri cara memasaknya.”Kata Rifky.

“gue usul dong...kita panggil ahli kopi dari sekitaran daerah kuliah. Gue ada yang kenal soalnya, sering ngopi di tempat dia. Siapa tahu dia mau dateng kesini mengedukasi warga tentang cara membuat kopi yang enak.”Kata Bowo.

“Gini aja semua usul itu kita tampung nah ini juga kita buat jadwal kegiatan. Usahakan kegiatan ini biar nggak nabrak sama program khusus kita.”Kata Rifky.