(Cerita selanjutnya dengan
melihat dari sisi Ilham)
By: Chiho Yuki
Aku memakai jas yang khusus
dipesan untuk pesta pernikahanku ini. Beberapa kali aku bercermin untuk
menyisir rambutku,dan melihat diriku sendiri."Apa aku terlihat aneh dengan
setelan jas ini?" Tanyaku pada diriku sendiri. "nggaklah bro. Menurutku
itu unik,hei siapa yang memilihkannya untukmu." Aku memalingkan wajahku ke
belakang. Oh...rupanya itu Firman,sahabatku. "Ini Astrid yang pilih, aku
menurut saja. Karena aku tidak terlalu tahu bagaimana model yang
pas."Kataku.
Firman mendekatiku, kemudian
dia menepuk pundakku dan berkata "kamu memang pria yang beruntung bro.
Bisa memiliki perempuan seperti Astrid. Aku yakin, dia tak akan
mengecewakanmu." Aku diam sejenak, kemudian membayangkan wajah Astrid.
Dia...pasti terlihat sangat cantik hari ini dengan gaun pengantin. Hm...aku
tersenyum sendiri saat membayangkannya.
"Woi!Jangan ngelamun lah
bro. Bentar lagi acaranya mau dimulai nih. Tunjukkan kamu pria
bertanggungjawab, datang disaat yang tepat dan jangan telat. Ntar kalo Astrid
duluan yang udah ada dipanggung gimana?Gengsi dong."Kata Firman. "Iya
deh,bro. Aku ke panggung sekarang."Kataku sambil membuka pintu ruang rias
dan berjalan cepat menuju ke panggung. Fuh...ternyata Astrid belum ada di
panggung. Mungkin ia masih dirias dan mengenakan gaun pengantinnya.
Aku memilih duduk duluan di
kursi pelaminan. Baru saja duduk sebentar, aku melihat seorang bidadari yang
teramat cantiknya berjalan kearahku. Ia berjalan perlahan-lahan sambil
mencincing sedikit gaun putih pengantinnya. Senyum manis menghiasi wajahnya.
Ya, dialah istriku. Perempuan yang sehari-harinya tomboy ternyata bisa terlihat
sangat cantik saat memakai gaun pengantin.
"Kamu cantik hari
ini,Astrid." Kataku itu sambil tersenyum manis."berarti aku cuma
cantik hari ini aja gitu?kemarin nggak cantik dong."Pancing Astrid
padaku."eeh...bukan begitu.maksudku kamu sudah cantik dari dulu.Tapi hari
ini kamu lebih cantik lagi sayang."Rayuku.
Astrid hanya tertawa kecil
saat mendengar rayuanku. Sungguh aku tak mengira ia bisa menjadi Istriku.
Padahal kata teman-temanku, dia perempuan yang galak. Tapi entah kenapa hatiku
justru berlabuh pada padanya. Memang penampilan luar tak selalu bernilai buruk
dimataku. Karena aku sudah bosan dengan perempuan yang kelihatannya sempurna
dari luar, tapi busuk hatinya.
* *
*
Fun Mini Zoo di Kota Bogor
Hidupku serasa hancur di kota
ini...
Ya,apalagi kalau bukan
melihat kelakuan Sinta yang sudah benar-benar keterlaluan. Dia berani
berpelukan dengan lelaki lain,bahkan saat aku melihatnya. Aku sudah mencoba
bersabar menghadapinya,tapi apa yang kudapat?!Bullshit! Perempuan macam pelacur
seperti itu. Kurasa putus dengan pacar macam itu adalah hal terbaik buatku.
Entahlah...rasanya tak ada
semangat kerja lagi semenjak kejadian itu. Ini sudah ketiga kalinya aku pacaran
tapi kenapa semuanya selalu berakhir dengan...SELINGKUH. Aku tak mengerti apa
yang ada dipikiran para perempuan. Apa kalau sudah bosan dengan pacarnya mereka
dengan enaknya pindah ke laki-laki lain begitu?
Benar juga kata ibuku. Aku
harus lebih berhati-hati di kota ini. Tidak semua yang terlihat baik atau
sempurna dimata kita akan benar-benar baik bagi kita.
Aku mencoba tegar menghadapi
semua ini,meski hatiku masih terasa hancur. Namun sepertinya itu tidak
membuatku maksimal dalam bekerja. Beberapa kali aku membuat kesalahan dalam
pembuatan laporan pemasukan keuangan mingguan. Untunglah kesalahannya tidak
terlalu parah, sehingga masih bisa diperbaiki sedikit sebelum kuberikan pada
bosku.
Temanku Lingga sepertinya
tahu jika aku sedang kacau saat ini. Ia terus memperhatikanku saat aku sedang
bekerja. Hingga akhirnya ia mendekatiku dan berkata "Kamu sepertinya lagi
ada masalah." Aku hanya berkata"Tidak, aku baik-baik
saja."Pundakku ditepuknya sambil ia berbisik"Sudahlah...jangan kamu
sembunyikan terus. Itu tidak baik buat hatimu.Hei,nanti kita bicara lagi saat
makan siang bagaimana?Aku yang traktir deh."
Lingga meninggalkanku dan
kembali ke meja kerjanya.Mungkin benar juga apa yang dikatakannya. Aku butuh
teman curhat. Aku akhirnya menceritakan semua permasalahanku padanya.
Setidaknya ini bisa mengurangi sedikit beban hidupku. Lingga juga berusaha
memberikan solusi terbaik untuk keluar dari permasalahan yang sedang kuhadapi
ini.
Aku merasa Lingga adalah
teman terbaik dalam hidupku. Ia mengerti tentang diriku dan selalu menghiburku
ketika aku sedang sedih. Baru kali ini aku memiliki sahabat seperti dia.
Tapi aku baru mengetahui
siapa dia yang sebenarnya saat dia mengajakku ke sebuah klub malam. Aku baru
tahu kalau dia adalah seorang GAY. Dia terus menggodaku saat berada disana. Aku
mencoba kabur dari tempat biadab itu tapi tak bisa,ada dua penjaga yang
menghalangiku untuk keluar.
Hanya bisa berdoa pada Allah
untuk mencari jalan keluar dari tempat ini. Doaku ternyata benar-benar
dikabulkan! Aku mengikuti seorang pelayan yang masuk kesebuah ruangan dan
disana ada pintu keluar. Segera aku keluar dari tempat itu,lalu berlari menuju
ke jalan raya sambil menelpon Firman,teman sekantorku.
"Ada apa bro?Kenapa
telpon jam 12 malam begini?"Tanya Firman lewat telpon."Plis dah
tolong jemput aku di perempatan dekat rumah makan seafood Mandarin.Cepat ya,
penting banget."Kataku."Emang ada apa sih bro?Kamu habis dirampok?"Tanya
Firman lagi."Sudahlah jangan banyak tanya. Nanti aku ceritakan di kos mu
saja."Kataku,kemudian kututup telponnya.
Tak lama kemudian Firman
menjemputku dengan sepeda motornya. Fuh, aku benar-benar lega. Kurasa aku butuh
menginap di kos Firman untuk malam ini saja. Akhirnya kuceritakan semua yang
terjadi tadi pada Firman,termasuk siapa Lingga yang
sebenarnya."Astaga!jadi Lingga itu ternyata...."Kata Firman."Ya,
begitulah Man. Aku juga sepertinya tak bisa besok langsung
kerja...."Kataku."Ya sudahlah lebih baik besok kamu ambil sepeda
motormu saja yang dititipkan ke satpam dikantor dan langsung pulang ke kos mu.
Tenangkan dirimu dulu,masalah ijin biar nanti aku yang ngurus ke
bos."Potong Firman."Oke,makasih ya bro."Kataku.
Lama-kelamaan aku tak betah
bekerja disini. Lingga terus menerus melihatku saat bekerja. Tak jarang ia
terus menggodaku. Hanya ada dua pilihan,keluar atau pindah. Tapi tak mungkin
juga aku keluar dari pekerjaan ini. Mencari pekerjaan baru tidak segampang yang
dikira. Berarti aku harus pindah ke kantor cabang kota Malang.
Alhamdulillah ternyata
keinginanku untuk pindah terwujud juga. Bos ku memintaku untuk pindah kekantor
cabang Kota Malang karena disana kekurangan pegawai. Semangat 45 membara
didadaku saat aku membereskan barang-barangku di kantor, itu berarti aku tak
akan bertemu dengan laki-laki seperti Lingga lagi.
Itu kejutan yang
pertama,kejutan berikutnya adalah aku bertemu dengan teman lamaku, Astrid. Dia
teman kuliahku yang terkenal tomboy dan galak,tapi sebenarnya baik kok
orangnya. Hampir semua laki-laki takut padanya, kecuali aku.
"eeh...Astrid lama tak
jumpa juga. Ternyata kamu kerja disini juga ya."Kataku.
"Terus?"Tanya Astrid sambil melipat tanganku diatas dada." Ya
nggak apa. Asik aja kalo udah ada kenalan ditempat baru ini. Kan kalo ada
apa-apanya aku bisa..." Kataku."minta tolong aku begitu?haah...kamu
ini masih aja sama seperti yang dulu,nggak berubah ya."Kata Astrid dengan
gaya sedikit galak."Ah kamu juga sama,masih galak dan tomboy kek dulu
hehe...."Kataku sambil tersenyum.
Hihi dia mengira aku masih
sama seperti saat kuliah dulu. Padahal udah nggak. Dalam hati kecilku hanya
tertawa saat melihat Astrid yang tetap bersikap galak padaku. Aku hanya santai
saja,toh dibalik sikap galaknya padaku dia masih mau menolongku saat aku minta
bantuannya.
Karena aku sering meminta
tolong padanya,rasanya tak enak bila tidak membalasnya dengan sesuatu. Akhirnya
kutraktir dia makan malam disebuah resto. Saat disana dan melihat
Astrid,rasanya hatiku berkata sesuatu. Sesuatu yang bernama Cinta. Eh...kenapa
tiba-tiba jadi begini?apa ada yang salah denganku?
Rasa itu semakin kuat dan
Astrid semakin dekat padaku. Sikap galak dan cueknya padaku berkurang. Kini
setiap kali kami harus kerja dalam satu tim, aku dan Astrid semakin kompak. Tak
heran bos baruku selalu memuji hasil kerja kami berdua. Aku juga sering bercerita
tentang Astrid pada ibuku saat pulang kerumah.
"ibu senang melihat kamu
sekarang,tidak seperti dulu. Kamu juga telah menemukan orang yang
tepat,nak."Kata Ibuku. "Orang yang tepat?maksud
ibu?"Tanyaku."Sudahlah, pertanyaan itu nanti akan terjawab dengan
sendirinya."Kata Ibuku. Aku tak mengerti dengan apa kata ibuku. Beberapa
hari setelah itu,aku nekat mengajak Astrid ke rumahku saat sedang dinas keluar
kota, sekaligus memperkenalkan ia pada ibuku,kulihat beliau tersenyum saat
melihat Astrid. Tidak seperti saat melihat pacarku yang sebelumnya.
Eeh...bukan!maksudku Astrid bukan pacarku,hanya teman saja.
Hm...sungguh aku tak dapat
menahan rasa ini. Cinta ini sudah tak dapat dibendung. Tapi aku tak berani
menyampaikannya pada Astrid,takut kalau dia marah dan membenciku selamanya.
"eh iya,Astrid temenin
aku dong. Aku mau beli cincin...em buat...."Kataku."Buat Pacarmu?lho
aku baru tahu kamu dah punya pacar Ham."Kata Astrid ."eeh...bukan sih
bukan pacar. Dia cuma...ya gitu dah intinya aku suka sama dia."Kataku yang
sedikit malu saat berkata akan hal itu."ya udah,sini aku antar. Tapi aku
nggak tahu lho ya selera yang pas buat cewek yang kamu suka itu." Kata
Astrid. Akhirnya kami berdua membeli cincin disalah satu Mall. Namun aku heran
ketika mau membayar cincin tersebut dia malah kabur entah kemana. Segera
kubayar dengan cepat dan langsung mengejar kemana ia pergi. Rupanya Astrid
berada di taman kota yang tak jauh dari Mall itu. Dia duduk dibangku taman
sambil bergumam sendiri dan menunduk sedih.
"Astrid...kenapa kamu
malah kabur sih?"Tanyaku didepan Astrid. Astrid hanya diam saja sambil
menunduk."Astrid...."Kataku. Kusodorkan cincin yang tadi dia pilihkan
untukku."Apa ini maksudnya,Ham?ini kan cincin yang tadi kupilihkan
untuk...."Kata Astrid."Iya, tapi tadi kenapa kamu kabur? Aku kan
belum bilang kalau cewek yang aku sukai itu...kamu."Kataku dengan
lembut."Kamu bohong!Kamu bilang begitu supaya aku mau terus menerus
membantumu,iya kan?"Kata Astrid dengan nada tinggi."Tidak Astrid, aku
serius. Lihat aku dan jangan menunduk."Kataku. Aku tersenyum saat ia
berani melihatku. Astrid pun juga ikut tersenyum,lalu kupakaikan cincin yang
kubeli tadi di salah satu jari manisnya.
* * *
Selanjutnya aku segera
melamarnya dan menikah dengannya. Sungguh ini adalah proses yang sangat
singkat,bahkan bisa dibilang tanpa pacaran sama sekali. Aku benar-benar tak
mengira ia kan jadi istriku. Sepertinya inilah yang dimaksud oleh almarhumah
ibuku ketika masih hidup. Ya ibu, aku telah mendapatkan orang yang tepat. Orang
yang akan mendampingiku hingga mata ini menutup untuk selamanya.
Aku mengulurkan tanganku tuk
membantunya menaiki panggung. Astrid menyambut tanganku sambil tersenyum dengan
indah bagaikan bidadari dari langit.
The End----
Berlanjut ke We're Married